FKIP ditutup saja, toh semua bisa jadi Guru?
Sumber : Dokumentasi Kompasiana.com
Oleh : Ade Gunawan - Pendidik yang terus belajar menjadi "Guru"
Mari kita sepakati saja: tutup semua Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di negeri ini! Untuk apa membuang-buang anggaran mendidik calon guru, kalau nyatanya siapa pun bisa jadi guru tanpa harus kuliah pendidikan? Mau lulusan ekonomi? Bisa jadi guru. Lulusan teknik? Bisa. Bahkan lulusan yang ijazahnya belum sempat diambil pun, kalau mau, bisa saja mengajar. Pemerintah sepertinya memang percaya bahwa mengajar itu hanya perkara berdiri di depan kelas dan membacakan slide atau buku bacaan.
Lagian, jadi guru sekarang mau dapat apa? Gaji? Ah..sudahlah, miris jika terus dibahas. Tunjangan yang sering kali hanya cukup untuk membayar cicilan, dan "status" yang entah kapan naik derajatnya di mata kebijakan negara. Lapangan kerja guru pun semakin sempit, kalah saing dengan kebijakan yang lebih memprioritaskan “efisiensi” daripada “pendidikan berkualitas”. Mungkin, kalau FKIP ditutup, kita akan lebih hemat: tak perlu mencetak guru berkualitas, cukup biarkan generasi muda belajar dari Media Sosial seperti YouTube, TikTok, atau AI—toh katanya teknologi bisa menggantikan guru.
Lucu, ya? Kita bicara soal masa depan bangsa, tapi melupakan pondasi yang membangunnya.
Namun, di balik sinisme ini, ada kenyataan yang tak bisa dibantah:
Tanpa guru, tidak akan ada Dokter, Insinyur, Pilot, Profesor, Presiden sekalipun, atau bahkan youtuber terkenal yang kemarin mendiskreditkan peran guru. Semua itu bermula dari seseorang yang bernama "Guru" yang dengan sabar mengajarkan huruf “A” kepada anak yang bahkan belum tahu cara memegang pensil.
Bayangkan seorang siswa yang awalnya bahkan tidak bisa menyebutkan namanya dengan benar. Ia pemalu, sering duduk di pojok, dan tidak pernah mengangkat tangan saat pelajaran. Tapi ada guru yang percaya padanya, yang setiap hari menyapanya, memberinya tugas kecil, memuji usahanya. Beberapa tahun kemudian, anak itu berdiri di podium, memenangkan lomba. Semua orang bertepuk tangan, dan di antara keriuhan itu, ada seorang guru yang tersenyum "bangga!".
Itulah mengapa, meskipun opini ini terdengar meyakinkan, kenyataannya FKIP tidak boleh ditutup! bahka DILARANG TUTUP. Justru harus berkembang lebih baik. Negeri ini butuh lebih banyak guru yang bukan hanya mengajar, tapi membentuk manusia.
Jadilah guru yang berarti. Guru yang bukan hanya hadir di kelas, tapi hadir di hati muridnya. Guru yang membuat murid berkata,
"Karena Ibu/Bapak percaya pada saya, saya belajar percaya pada diri saya sendiri."
(Tulisan ini bukan karena benci, tapi karena cinta yang dalam)
admin - Guns